Setiap manusia memiliki hak untuk mengekspresikan dirinya, baik ketika marah ataupun ketika dia sedang baik-baik saja. Banyak hal yang terkadang dianggap sepele oleh orang lain tapi tidak bisa disepelekan oleh sebagian orang. Sikap baik dan tidaknya seseorang tidak menjadi patokan yang mencerminkan kepribadiannya, mereka berhak marah atau berhak juga baik adalah implikasi dari keadaan, lingkungan dan perlakuan.
Orang akan mencari pembenaran diri dan bukti bahwa diri benar dan mengabaikan penyebab seseorang kesal kepadanya, kuncinya adalah bertanya dan sadar diri serta melakukan introspeksi diri. Seperti dikemukakan di atas bahwa orang berhak mengapresiasi sikap, karena manusia memiliki hak itu. Orang yang awalnya baik dan ramah tidak mungkin marah atau tersinggung tanpa alasan yang jelas.
Terkadang menjauh adalah kenyataan yang dilakukan agar orang lain dapat memiliki waktu untuk berpikir dan menyadari kesalahan diri, namun ketika sikap egois telah merasuki perasaan dan membutakan diri untuk melihat realita adalah inti perpecahan.
Berbicara realita, pemahaman yang dimiliki seseorang tentu sesuatu tak hanya berasal dari teori saja, jauh dari itu yang harus dimiliki sebenarnya adalah Informasi, informasi dapat mengubah teori bahkan mengharuskan lahirnya teori yang baru, jangan salah memahami dengan menjadikan pendapat pribadi sebagai landasan teori, jika itu terjadi maka itu bukanlah menjadi teori melainkan hanya asumsi dengan kapasitas informasi serta pendalaman yang kurang.
Akhirnya meneliti dan memahami isi dari kejadian merupakan perspektif yang harus disadari penting dan peningkatan taraf fikiran dan ekspansi wawasan layak dilakukan demi tercapainya pemikiran yang objektif dan rasional.
Karena yang baik bukanlah yang mendeklarasikan dirinya baik, namun orang baik adalah orang yang sudah diakui oleh orang lain akan kebaikan dirinya.